Jumat, 26 Maret 2010

Nabi pun sayang kucing




Tahukah anda Nabi Muhammad saw juga membela kucing?

Salah satu kucing kesayangan baginda ialah Muezza. Diriwayatkan, suatu ketika Nabi ingin menunaikan solat setelah mendengar kumandang azan, tetapi Muezza sedang tidur di atas jubahnnya.Kerana Nabi Muhammad tidak mau mengganggu tidur Muezza, maka baginda memotong bagian jubahnya yang digunakan oleh Muezza untuk alas tidurnya. Sesudah Nabi kembali ke rumah, Muezza kelihatan kesal dengan perbuatan Nabi dan Nabi memohon maaf atas perbuatannya.Subhanallah..^o^

Dalam aktivitas lain, setiap kali Nabi menerima tamu di rumahnya, Nabi selalu mengendong Mueeza dan diletakkan di pahanya. Salah satu sifat Mueeza yang Nabi suka ialah, dia selalu mengeong ketika mendengar azan, dan ada waktunya suaranya terdengar seperti mengikuti lantunan suara azan. Bahkan kepada para sahabatnya, Nabi berpesan untuk menyayangi kucing peliharaan seperti menyanyangi keluarga sendiri.

Beberapa orang terdekat Nabi juga memelihara kucing. Aisyah binti Abu Bakar As-Siddiq, isteri Nabi amat menyayangi kucing, dan merasa amat kehilangan ketika kucingnya mati. Abdurrahman bin Sakhr Al-Azdi, digelar sebagai Abu Huroirah yang bermaksud bapa kucing jantan kerana kegemarannya dalam merawat dan memelihara berbagai kucing jantan dirumahnya.

Malah bagi mereka yang pernah ke Tanah Suci Mekah, pasti berpeluang menziarahi Masjid Kucing. Dikatakan setiap kali masuk waktu solat, kucing akan berkumpul di situ. Malah ada pernah terdengar cerita, sesetengah orang semasa menunaikan haji ternampak kucing mengadap kiblat seolah-olah sedang bersolat . Wallahualam...

Sabtu, 13 Maret 2010

Cinta yang Sempurna (Renungan)

Pagi itu klinik sangat sibuk. Sekitar jam 9:30 seorang pria berusia 70-an datang untuk membuka jahitan pada luka di ibu-jarinya. Aku menyiapkan berkasnya dan memintanya menunggu, sebab semua dokter masih sibuk, mungkin dia baru dapat ditangani setidaknya 1 jam lagi.

Sewaktu menunggu, pria tua itu nampak gelisah, sebentar-sebentar melirik ke jam tangannya. Aku merasa kasihan. Jadi ketika sedang luang aku sempatkan untuk memeriksa lukanya, dan nampaknya cukup baik dan kering, tinggal membuka jahitan dan memasang perban baru. Pekerjaan yang tidak terlalu sulit, sehingga atas persetujuan dokter, aku putuskan untuk melakukannya sendiri..

Sambil menangani lukanya, aku bertanya apakah dia punya janji lain hingga tampak terburu-buru. Lelaki tua itu menjawab tidak, dia hendak ke rumah jompo untu makan siang bersama istrinya, seperti yang dilakukannya sehari-hari. Dia menceritakan bahwa istrinya sudah dirawat di sana sejak beberapa waktu dan istrinya mengidap penyakit Alzheimer.

Lalu kutanya apakah istrinya akan marah kalau dia datang terlambat. Dia menjawab bahwa istrinya sudah tidak lagi dapat mengenalinya sejak 5 tahun terakhir. Aku sangat terkejut dan berkata, ?Dan Bapak masih pergi ke sana setiap hari walaupun istri Bapak tidak kenal lagi?? Dia tersenyum ketika tangannya menepuk tanganku sambil berkata, ?

Dia memang tidak mengenali saya, tapi saya masih mengenali dia, kan?

Aku terus menahan air mata sampai kakek itu pergi, tanganku masih tetap merinding. Cinta kasih seperti itulah yang aku mau dalam hidupku?

Cinta sesungguhnya tidak bersifat fisik atau romantis. Cinta sejati adalah menerima apa adanya yang terjadi saat ini, yang sudah terjadi, yang akan terjadi, dan yang tidak akan pernah terjadi.

Bagiku pengalaman ini menyampaikan satu pesan penting:
Orang yang paling berbahagia tidaklah harus memiliki segala sesuatu yang terbaik, mereka hanya berbuat yang terbaik dengan apa yang mereka miliki.


Hidup bukanlah perjuangan menghadapi badai, tapi bagaimana tetap menari di tengah hujan.. Amin (http://www.kaskus.us/showthread.php?t=3589584)